Gerhana Matahari Total, Rabu, 9 Maret 2016. Gerhana Matahari adalah fenomena langka yang jadi buruan manusia sejak dulu. Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Kali ini istimewa karena wilayah daratan yang dilalui gerhana total hanya Indonesia. National Aeronautics and Spaces Adminstration (NASA) menganggap gerhana matahari total di Indonesia tahun ini lebih spesial dibandingkan dengan apa yang akan terjadi di Amerika Serikat tahun 2017 nanti. Kenapa?"Di Indonesia spesial. Perbedaanya dengan Amerika adalah di sini terjadi dalam waktu yang sangat pagi. Waktu di mana matahari baru saja terbit," ujar peneliti NASA, Madheelika Gahathakurta, saat jumpa pers di Pacific Place, Jumat, (4/3/2016).Madheelika menambahkan, ia dan teman-teman peneliti NASA akan melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari total kepada atmosfer. Aspek-aspek yang dibahas antara lain, keadaan langit seperti suhu dan kelembaban bumi.
"Kita ingin tau bagaimana kondisi langit yang
gelap di pagi buta. Bagaimana temperatur dan keadaan suhu yang berbeda,"
tambah dia.
Berbeda dengan tahun ini, di Amerika Serikat tahun
2017 gerhana akan terjadi di siang hari, bergerak dari bagian barat Amerika
menuju daerah timur. Hampir sebagian besar wilayah yang dilewati saat itu
adalah lautan.
"Kemudian kami memastikan tetap akan ada yang
berbeda dari wajah gerhana yang terjadi di Indonesia tahun ini dan apa yang
terjadi di Amerika," ujar dia.
Meneliti tentang matahari bagi peneliti NASA
selalu menarik. Dari tahun ke tahun selalu ada hal yang bisa diteliti dan
berubah setiap waktunya.
Tahun ini NASA akan melakukan pengamatan gerhana
di Maba, Halmahera bersama dengan LAPAN. Mereka juga akan membawa teknologi
pertama yang dipakai di dunia untuk meneliti korona.
Jalur
totalitas gerhana membentang dari Samudra India hingga utara Kepulauan Hawaii,
Amerika Serikat. Jalur gerhana itu selebar 155-160 kilometer dan terentang
sejauh 1.200-1.300 kilometer, yang kali ini melintasi 12 provinsi di Indonesia.
Provinsi-provinsi
itu adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka
Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara),
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak
semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana.
"Lama Gerhana Matahari total (GMT) di Indonesia 1,5-3 menit," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, di Jakarta, Jumat (15/1).
Di
pusat jalur gerhana, gerhana total terpendek terjadi di Seai, Pulau Pagai
Selatan, Sumatera Barat, selama 1 menit 54 detik dan terpanjang di Maba,
Halmahera Timur, Maluku Utara, selama 3 menit 17 detik.
Totalitas
gerhana terlama terjadi di satu titik di atas Samudra Pasifik di utara Papua
Niugini selama 4 menit 9 detik.
Pada
Rabu, 9 Maret 2016, gerhana terjadi pagi hari bersamaan dengan perayaan hari
raya Nyepi. Di wilayah Indonesia barat, gerhana mulai pukul 06.20 WIB,
sedangkan di Indonesia tengah dan timur pukul 07.25 Wita dan 08.35 WIT. Fase
GMT rata-rata terjadi satu jam kemudian.
Selama
GMT, piringan Matahari tertutup penuh oleh piringan Bulan dan hanya menyisakan
cahaya korona atau bagian atas atmosfer Matahari. "Hari yang terang akan
berubah seperti senja untuk sesaat," kata Thomas.
Di
luar daerah yang dilintasi jalur totalitas gerhana akan mengalami Gerhana Matahari sebagian (GMS). Daerah yang mengalami
GMS akan melihat Matahari berbentuk sabit. "Seluruh wilayah Indonesia, di
luar yang mengalami GMT, akan mengalami GMS," lanjutnya.
Peneliti menyebar
Fenomena alam langka itu diburu peneliti dan wisatawan. Data sementara, peneliti Lapan serta Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) akan mengamati GMT di Maba. Tim Lapan juga akan mengamati di Ternate, Maluku Utara.
Tim
Program Studi Astronomi ITB dan Observatorium Bosscha ITB tersebar di sejumlah
wilayah. Sejumlah peneliti yang tergabung dalam Universe Awareness (Unawe)
Indonesia akan melihat GMT di Poso, Sulawesi Tengah. Sebagian lagi akan
meneliti di Tanah Grogot, Kalimantan Timur, dan Belitung, Bangka Belitung.
Adapun
peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peneliti Korea
Selatan, dan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta mengamati gerhana di Palu,
Sulteng, dan sekitarnya. Jumlah peneliti asing bisa bertambah mengingat
sebagian masih mengajukan izin penelitian.
"Tim
BMKG akan meneliti variasi medan magnet Bumi dan anomali gravitasi Bumi selama
gerhana," ujar Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan
Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya dalam peluncuran Hitung Mundur GMT 2016, Kamis
(14/1).
Kepala
Observatorium Bosscha ITB Mahasena Putra mengatakan, sejumlah peneliti yang
tersebar di beberapa daerah itu berencana menyiarkan langsung GMT melalui
fasilitas live streaming sehingga totalitas gerhana tetap bisa dinikmati
masyarakat di daerah lain.
Selain
kegiatan ilmiah, peneliti, komunikator astronomi, dan astronom amatir itu juga
akan mengadakan berbagai kegiatan edukasi publik, mengajak menikmati GMT dengan
aman. Lalu, menjadikannya sebagai peristiwa budaya yang menyenangkan.
"GMT
adalah fenomena alam yang istimewa, belum tentu anak cucu kita akan
mengalaminya," kata Premana W Premadi dari Unawe Indonesia.
Pemerintah
daerah pun bersiap. Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti, berbagai kegiatan pendukung
menjelang hingga sesudah gerhana disiapkan.
Melihat secara langsung ke
fotosfer matahari (bagian cincin terang dari Matahari), bahkan
hanya dalam beberapa detik, dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata karena radiasi tinggi yang tak terlihat yang
dipancarkan dari fotosfer.
Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana
Matahari membutuhkan pelindung mata khusus atau dengan menggunakan metode
melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring
radiasi inframerah yang
dapat merusak retina mata. Karena cepatnya peredaran Bumi mengitari matahari,
gerhana matahari tak mungkin berlangsung lebih dari 7 menit dan 58 detik jadi jika ingin melihatnya lakukan sesegera mungkin.
0 komentar:
Post a Comment