Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imajinasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang karena pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad. @ Khalil GibranMengapa Kita Atau Saya Saja Tertarik Menatap Wajah Cantik?
Beberapa kesan visual dapat dikaitkan dengan ketertarikan manusia terhadap wajah. Penelitian baru menunjukkan bahwa otak kita memberikan 'reward' saat kita melihat wajah cantik.
Pandangan
sekilas pada wajah memberi kita berbagai informasi tentang orang di depan kita.
Apakah kita saling mengenal? Laki-laki atau perempuan? Senang atau marah?
Apakah dia menarik?
University of Oslo, Olga Chelnokova |
Dalam
penelitian disertasinya yang dilakukan di Departemen Psikologi, University of
Oslo, Olga Chelnokova telah mengeksplorasi bagaimana sistem visual kita dapat
mengarahkan perhatian ke informasi yang paling penting di wajah.
Studinya
menunjukkan bahwa evolusi telah membuat kita sangat ahli akan wajah."Kita
sering ingin tahu tentang wajah orang lain, membaca rautnya dan mengevaluasi
nilai estetika mereka," kata Chelnokova.
Tak bisa
berhenti menatap
Bersama
dengan rekan-rekan dari kelompok riset laboratorium hedonik Farmakologi ia
mengungkapkan bahwa sistem reward otak terlibat dalam penilaian kita terhadap
daya tarik orang lain.
"Sistem reward yang terlibat dalam menghasilkan pengalaman kenikmatan ketika, misalnya, kita menikmati makanan enak atau memenangkan undian. Ternyata sistem itu juga terlibat dalam menciptakan perasaan senang ketika kita melihat wajah yang cantik," katanya.
"Sistem reward yang terlibat dalam menghasilkan pengalaman kenikmatan ketika, misalnya, kita menikmati makanan enak atau memenangkan undian. Ternyata sistem itu juga terlibat dalam menciptakan perasaan senang ketika kita melihat wajah yang cantik," katanya.
Anda
pasti pernah atau sering kali melihat sekumpulan wanita cantik sedang asyik
mengobrol sembari sesekali tertawa bersama-sama. Menurut penelitian, seseorang
yang cantik memang cenderung memilih teman dengan kecantikan serupa.
Penelitian
yang diselenggarakan oleh University of Otago, New Zealand dan Oxford
University, mempelajari gaya bersosialisasi di peradaban moden.
Para
peneliti mengumpulkan 172 responden yang tidak saling mengenal. Lalu, mereka
diminta untuk berbaur dan berteman di sebuah ruangan yang telah dilengkapi
dengan kamera tersembunyi.
Seluruh
responden diminta untuk berganti-ganti kelompok sebanyak delapan kali di satu
ruangan yang sama.
Wajah
dan penampilan para responden telah dinilai oleh beberap peneliti dengan
kualifikasi, standar, menarik, cantik, dan tampan.
Jamin Haldberstadt |
“Ternyata,
hasil penelitian memperlihatkan bahwa orang-orang cenderung berteman karena
penilaian secara fisik, jender dan faktor atraktif,” terang Jamin Haldberstadt
dari Otago’s Department of Psychology.
“Selain
itu, kami juga menemukan bahwa jarak berdiri antarresponden merupakan indikasi
bahwa mereka bisa kooperatif dengan orang-orang terdekat dari posisi mereka
berdiri,” urainya.
Para
peneliti menemukan, rata-rata para responden memang membentuk kelompok
berdasarkan faktor-faktor persamaan dengan diri sendiri, meliputi penampilan
dan minat.
“Wanita
yang cantik biasanya selalu menjadi ‘pemimpin’ dalam kelompok sosial, tetapi
hal tersebut tak berlaku dengan pria tampan di kelompok sosial,” imbuhnya
Teori
evolusi
Apakah
mungkin otak manusia telah berkembang untuk memperkuat perilaku evolusioner yang
menguntungkan bagi kita sebagai spesies? Ini sangat mungkin terjadi, menurut
para ilmuwan.
"Penelitian sebelumnya telah membentuk hubungan antara daya tarik wajah dan beberapa faktor penting untuk propagasi evolusi spesies kita, seperti kesehatan dan potensi reproduksi yang baik. Kita bisa berspekulasi bahwa ada alasan evolusi di balik otak kita menikmati melihat wajah cantik dan ingin terus-terusan melihatnya," kata Chelnokova.
"Penelitian sebelumnya telah membentuk hubungan antara daya tarik wajah dan beberapa faktor penting untuk propagasi evolusi spesies kita, seperti kesehatan dan potensi reproduksi yang baik. Kita bisa berspekulasi bahwa ada alasan evolusi di balik otak kita menikmati melihat wajah cantik dan ingin terus-terusan melihatnya," kata Chelnokova.
Dia
menekankan bahwa meskipun sistem reward memberikan respon langsung berupa
sebuah kesenangan ekstra, tapi respon sistem tersebut tidak menentukan perilaku
kita dalam jangka panjang.
Mencari
kontak mata
Studi
lain di tesis Chelnokova dilakukan dengan meminta peserta melihat gambar tiga
dimensi dari wajah dan melacak gerakan mata mereka. Para ilmuwan mencatat
bagian mana yang ditatap peserta ketika diminta untuk mengenali wajah.
"Mengenali
wajah dari pandangan baru bukanlah tugas yang mudah, karena wajah bisa terlihat
berbeda tergantung pada pandangan," jelas Chelnokova.
Para
ilmuwan menunjukkan bahwa informasi 3-D tentang struktur wajah membantu kita
mengenali wajah dari pandangan yang berbeda. Mereka juga melihat bahwa sistem
visual kita mengarahkan perhatian terhadap bagian wajah yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan cepat, seperti mata.
Mengubah
perilaku kita
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan sistem reward otak terhadap pengalaman kita dari kecantikan wajah orang lain. Dalam studi ini, para ilmuwan memindai otak partisipan saat mereka melihat gambar wajah. Para peneliti menunjukkan bahwa menatap wajah cantik meningkatkan aktivitas dalam sistem reward.
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan sistem reward otak terhadap pengalaman kita dari kecantikan wajah orang lain. Dalam studi ini, para ilmuwan memindai otak partisipan saat mereka melihat gambar wajah. Para peneliti menunjukkan bahwa menatap wajah cantik meningkatkan aktivitas dalam sistem reward.
Namun,
bukti ini sebelumnya hanya korelasional, yang berarti bahwa para ilmuwan hanya
mengamati peningkatan aktivasi otak terhadap wajah cantik, tapi tidak menguji
apakah kegiatan ini benar-benar mempengaruhi berapa banyak orang menyukai wajah
yang mereka lihat.
Hasil
dari penelitian desertasi ini merupakan bukti pertama yang menunjukkan bahwa
perubahan tingkat aktivitas dalam sistem reward otak menghasilkan perubahan perilaku,
seperti menyukai wajah cantik dan bahkan ingin melihatnya lebih lama.
Pentingnya
mata dalam evaluasi para ilmuwan telah didokumentasikan dengan baik. Misalnya,
sulit untuk mengenali seseorang jika mata mereka tersembunyi, atau jika
seseorang berbohong, kita sering dapat melihatnya di mata mereka.
"Secara
umum, jika kita ingin memahami apa yang sedang dirasakan orang lain, mata dapat
memberikan sebagian besar informasi tersebut," ujar Chelnokova.
Hidung
dan pipi ternyata juga penting bagi para peserta dalam penelitian. Terutama
ketika melihat wajah dalam bentuk 3-D, di mana kedua fitur wajah ini memberikan
kita informasi yang berharga tentang sifat-sifat volumetrik wajah.
Mengapa wanita lebih memilih pria
yang wajahnya biasa-biasa saja?
Kemudian, Bila membaca sebuah publikasi ilmiah dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di University of Tennesse, membuat
tersadar mengapa penampilan menarik dari seorang pria bukan lagi menjadi
patokan bagi wanita cantik untuk menikah. Hasil penemuan penelitian yang
dipublikasikan di Journal of Family Psychology ini sekaligus memberikan
sanggahan baru tentang definisi ‘pasangan ideal’.
Tentunya ini merupakan kabar gembira buat laki-laki
bertampang pas-pasan alias tidak terlalu tampan. Atau bagi laki-laki yang
mungkin merasa dirinya nggak tampan, nggak ganteng, nggak keren.
Kalau anda termasuk dalam kategori laki-laki
seperti itu, harapan untuk mendapat istri cantik dan keren, terbentang lebar.
Karena dalam penelitian ini, menikah dengan laki-laki yang tampangnya
pas-pasan, malah justru bisa membuat wanita lebih bahagia.
Tak perlu heran melihat begitu banyak wanita cantik
menggandeng pria bertampang ‘biasa’, bahkan cenderung tidak keren. Menurut
penelitian itu, para wanita cantik yang menikah dengan pria berwajah biasa
justru merasa lebih bahagia dibanding dengan pasangan yang ganteng. Sebaliknya,
laki-laki lebih bangga jika menggandeng perempuan cantik.
Fakta di jaman modern ini menunjukkan kecenderungan, wanita cantik yang ingin menikah kini lebih memilih pria yang secara fisik kurang menarik. Karena membuat wanita menjadi lebih percaya diri. Sebab, itu mampu meningkatkan kepercayaan diri. Hal ini juga berlaku untuk sang wanita. Artinya, wanita cantik merasa nyaman karena dia mendapat perhatian lebih dari pria tidak menarik.
Para responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
para ahli di University of Tennesse tersebut mengatakan, dalam perkawinan, para
pria memang mendapatkan manfaat besar karena memiliki istri cantik. Sementara
itu para istri mengaku memang mencari pasangan yang bisa dan mau mendukungnya,
meski kurang tampan.
Dalam penelitian ini para ahli psikologi dari
University of Tennesse melibatkan 82 pasangan suami istri yang baru menikah
enam bulan dan sebelumnya berpacaran selama tiga tahun. Keseluruhan pasangan
berusia rata-rata 20-an tahun. Hasil penelitian yang diketuai oleh
peneliti dari Universitas Tennessee, James McNulty, ini menyanggah penelitian
sebelumnya, yakni fisik bukan menjadi faktor utama memilih pasangan hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru, kecantikan merupakan langkah awal
menjalin sebuah hubungan.
“Saat memulai sebuah hubungan, faktor kecantikan fisik
sangat dominan. Namun, banyak pasangan menyadari kecocokan sebuah hubungan
tidak hanya berdasarkan fisik,” ujar James McNulty. Dengan demikian, tidak
jarang pernikahan menjadi rentetan sebuah masalah karena ketidakcocokan yang
dirasakan. Dia menekankan bahwa, “Pernikahan merupakan sebuah misteri,”
lanjutnya.
Dalam observasi penelitian, setiap pasangan
mendiskusikan masalah yang dihadapi selama 10 menit dan selanjutnya dianalisis.
Dalam pengamatan tersebut, setiap pasangan harus saling mendukung, seperti
menjalani pola hidup sehat, mencari pekerjaan baru, berolahraga bersama.
“Ada dua versi jawaban dan coba bandingkan. Ada suami
yang menjawab, ‘Itu masalahmu dan kamu harus bisa mengatasinya sendiri’. Ada
pula suami yang menjawab, ‘Aku selalu ada di sini untuk membantu?’,” ungkapnya.
Subjek yang menjadi sumber penelitian diwajibkan
menjawab kuesioner dari segi ketertarikan fisik dengan skala 1-10. Alhasil,
sepertiga dari mereka memiliki istri yang lebih menarik daripada sisanya.
Sementara itu, sisanya mempunyai fisik yang sama-sama menawan.
Kemudian ditarik kesimpulan, suami yang berkelakuan
baik mempunyai istri berwajah menarik. “Penemuan ini terasa sangat rasional,”
tutur Profesor Perilaku Ekonomi MTI Program dari Media Arts and Sciences and
Sloan School of Management Dan Ariely. Meski tidak ikut terlibat dalam penelitian tersebut,
Ariely memberikan respons atas penelitian McNulty. “Pria lebih tertarik dengan
wanita berwajah dan berpenampilan menarik. Adapun, pada wanita lebih tertarik
dengan postur pria serta penghasilan tinggi,” ujar Ariely.
“Suami yang mempunyai fisik tidak menarik akan
memperoleh lebih dari yang seharusnya,” sebut McNulty dalam LiveScience seraya
menyarankan sebaiknya kedua pasangan saling mendukung. Secara teoritis,
pria rupawan dibandingkan pasangannya bisa mendapatkan pasangan yang lebih
menarik dari pasangannya sekarang.
Istilah rumput tetangga lebih hijau terkadang masih
berlaku dan membuat pria selalu merasa tidak puas. “Ternyata, mempunyai suami
menarik secara fisik bukan lagi menjadi hal penting bagi wanita. Sebab, wanita
lebih membutuhkan perasaan nyaman serta dukungan dari suami,” lanjutnya.
Jadi, secara umum bisa ditarik kesimpulan lebih
jauh, bahwa pasangan suami istri bersikap positif dan lebih adem ayem jika sang
istri berwajah cantik. Sebaliknya wanita yang bersuamikan pria tampan justru
kurang kompak satu sama lain. Demikian pula, jika para laki-laki tampan
menikahi wanita yang wajahnya ‘standar’, mereka umumnya merasa kurang puas
dengan perkawinannya.
Kesimpulan berikutnya, dalam sebuah perkawinan, pasangan
yang sepadan bukanlah semata saat seorang wanita cantik berjodoh dengan pria
tampan. Namun lebih dari itu, sepadan berarti saat dua orang saling melengkapi.
Baca selengkapnya: kompas.com
0 komentar:
Post a Comment