Buatkamu Apa Arti remaja? |
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada
kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa,
yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau
tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau
kedamaian. Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut
membisikkan kata ‚Tidak‛ di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata
‚Ya‛.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari
mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala
fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan
kegembiraan tiada terkirakan. Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau
berdukacita; Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak
lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan
kecuali saling memperkaya roh kejiwaan. Kerana cinta yang mencari sesuatu di
luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan:
hanya menangkap yang tiada diharapkan. Dan persembahkanlah yang terindah bagi
sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim
pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa
mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk
bersama menghidupkan sang waktu! Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu,
bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada
tawa ria dan berkongsi kegembiraan.. Kerana dalam titisan kecil embun pagi,
hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan. @KAHLIL GIBRAN
Menurut ilmu psikologis remaja adalah suatu
masa dimana manusia mulai mengenal dan menyukai lawan jenis, musik,
tempat-tempat romantis dan lain sebagainya. Sehingga tidaklah mengherankan lagi
jika mereka mendapatkan kebahagiaan dan kenang-kenangan yang tak terlupakan
pada masa itu. Akan tetapi untuk mewujudkan hal-hal tersebut mereka harus bisa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan seorang remaja, kebutuhan yang mana sudah menjadi
syarat untuk memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup mereka.
Seperti yang telah mereka ketahui bahwa
orang yang menjalani sebuah kehidupan senantiasa memiliki kebutuhan, terlepas
dari jenis kebutuhannya, entah kebutuhan sandang, pangan atau papan. Mereka
harus memenuhinya dengan jalan ikhtiar tapi untuk para remaja ikhtiar mereka
bukanlah pada materi melainkan pada peraihan prestasi dan gengsi.
Mereka kerahkan daya dan upaya yang mereka
miliki dengan demikian mereka dapat meraih kesuksesan yang mereka damba dan
impi-impikan, tapi apakah sebenarnya apa kebutuhan yang harus mereka penuhi?
dan apa pengaruh kebutuhan tersebut dngan pendidikan mereka?TENTU, bagi seorang atau beberapa remaja
pendidikanlah kebutuhan yang paling penting bagi mereka, karena kesuksesan dan
kegagalan mereka dimasa depan ditentukan oleh pendidikan mereka dimasa remaja,
hal itu memang sudah menjadi hukum alam di dunia ini, menurut saya. seperti apa
yang dikatakan oleh pepatah Arab, “ barang siapa bersungguh maka ia akan
mendapat”.Maka sudah menjadi keharusan bagi seorang
remaja untuk memperoleh pendidikan yang layak dan memadai.
Di samping itu sorang remaja juga harus
memenuhi kebutuhan lain yang sangat berpengaruh bagi pendidikan mereka yaitu
kebutuhan fisik material dan kebutuhan psikologis. Untuk kebutuhan fisik
material pasti semua orang sudah mengetahuinya yaitu kebutuhan yang berupa
makanan, minuman, dan pakaian tetapi untuk kebutuhan psikologi mungkin hanya sedikit
orang yang mengetahuinya dan disini mereka akan mengulas tentang kebutuhan
tersebut.
Pada umumnya kebutuhan psikologis ini
berhubungan dengan fungsi pengenalan, ingatan, daya khayal dan berfikir yang
tentunya berbeda antara satu individu dengan lainnya baik secara kualitas
maupun kuantitas karena hal ini didasari kebutuhan diri masing-masing seorang
remaja. Taraf dan kualitas pemuasan kebutuhan psikologis akan menentukan
suasana aman bagi mereka dan rasa aman itulah kebutuhan psikologis yang paling
pokok dan penting bahkan jika kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan
memberontak untuk mendapatkannya. Jadi sebuah keharusan bagi seorang remaja
untuk memenuhi kebutuhan psikologis tersebut mengingat bahwa kebutuhan tersebut
sangat besar bagi remaja.
Dan disini akan dijelaskan mengenai 7
kebutuhan psikologis yang seyogyanya diperoleh dan dimiliki seorang remaja.
Pertama, kebutuhan kasih sayang semua orang pasti membutuhkan yang namanya kasih sayang, khususnya bagi para remaja, baik itu kasih sayang dari keluarga atau orang lain, karena dengan kasih sayang tersebut mereka akan lebih percaya diri dan semangat dalam belajar ataupun bersosialisasi dengan masyarakat sehingga lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan sebuah kesuksesan dan kebahagiaan.Kedua, kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam suatu kelompok,sesuai dengan perkembangan remaja, mereka akan mempunyai keinginan untuk berkumpul dan keinginan tersebut akan mereka realisasikan dengan dengan cara mengikutsertakan diri mereka ke dalam suatu kelompok atau organisasi yang akan memberikan motivasi, pengalaman atau sekedar sambutan hangat kepada mereka.Ketiga, kebutuhan untuk berdiri sendiri,dalam proses menuju kedewasaan seorang remaja pasti mempunyai keinginan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, tanpa campur tangan sedikitpun dari orang tua. Mereka menganggap bahwa diri mereka sudah dewasa tetapi itulah yang memang dibutuhkan seorang remaja, dengan hal itu mereka akan mencoba untuk merencanakan masa depan mereka sehingga presentase kesuksesan mereka menjadi lebih besar.Keempat, kebutuhan untuk dihargai.Semua orang pasti menginginkan yang namanya penghargaan, lebih-lebih bagi seorang remaja, mereka menganggap bahwa penghargaan itu kebutuhan pokok bagi mereka baik dari segi pribadi maupun prestasi. Itu disebabkan karena penghargaan adalah faktor pendorong bagi mereka utnuk cenderung berbuat baik dan lebih bersemangat dalam menjalani sebuah kehidupan.Kelima, kebutuhan untuk berprestasi.Sebagaimana kebanyakan remaja, mereka senantiasa ingin dapat meraih suatu prestasi, baik dalam segi akademis maupun non akademis, karena dengan adanya prestasi hidup mereka akan menjadi lebih bermakna dan berharga.Keenam, kebutuhan akan pengakuan dari orang lain,sudah menjadi sifat seorang remaja bahwa mereka senantiasa ingin diakui eksistensinya oleh orang tua, guru, atau kelompok mereka karena dengan tidka adanya hal itu mereka akan merasa rendah diri dan selalu pesimis dalam memandang hidup.Ketujuh, kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh.Remaja adalah usia yang rawan akan pengaruh dari teknologi maupun orang lain sehingga utnuk mengatasinya mereka membutuhkan sebuah falsafah atau pedoman hidup. Pedoman hidup tersebut dapat berbentuk kajian agama, aturan nilai ataupun norma, kaidah atau peraturan hukum yang akan menjadi filter atau penyaring dalam perbuatan mereka sehari-haris ehingga mereka lebih cenderung untuk melakukan perbuatan yang lebih bermanfaat.
Itulah ketujuh kebutuhan yang sangatlah
penting eksistensinya dalam Life of Teenagers, jadi sudah menjadi harga mati
yang takkan bisa ditawar bagi mereka yang mengaku remaja untuk bisa
menyempurnakan langkahnya dengan usaha terbaik agar dapat merengkuh masa depan.
REMAJA adalah mereka
yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia
remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia
remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang
diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama,
tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga
dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Remaja adalah masa yang
penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu
yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa
badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak
dikutip orang.
Menurut Erickson masa
remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat
status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003,
Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988).
Karakteristik remaja yang
sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan
masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989)
merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan emosi.
- Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
- Senang bereksperimentasi.
- Senang bereksplorasi.
- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan
teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan
yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial
dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini
dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi
psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul
biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.
Permasalahan Fisik dan
Kesehatan
Permasalahan akibat
perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami
pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan
akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/
keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak
sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan
fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik
ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
Levine & Smolak
(2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada
dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat,
perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja
ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone,
1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi,
pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri,
onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice
& Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini
dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau
bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan
tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi
adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang.
Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah
karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
Permasalahan Alkohol
dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun
usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba
ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan
narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan
yang terjadi pada orang dewasa.
Santrock (2003)
menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena
ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan
lingkungan, maupun untuk kompensasi.
- Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
- Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
- Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.
- Cinta dan Hubungan Heteroseksual
- Permasalahan Seksual
- Hubungan Remaja dengan Kedua Orang Tua
- Permasalahan Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan
pendapat Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), menurutnya kebanyakan remaja
melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan
yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah
penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Tiga jenis pengaruh yang
memungkinkan munculnya penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja:
Salah satu akibat dari
berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus
adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita.
Perasaan tertarik ini bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu
cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau
orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”.
Santrock (2003)
mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan
juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi
sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat
seksual, kesenangan dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid & Fei ditemukan bahwa cinta
romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan
dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain
adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut
cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu
lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang
tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa
daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya
organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya
dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja adalah berkisar
masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan”
yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual,
homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya (Santrock, 2003, Hurlock,
1991).
Diantara
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat mempengaruhi
hubungan orang tua dengan remaja adalah : pubertas, penalaran logis yang
berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai,
perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju
kebebasan.
Beberapa konflik yang
biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan
sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar
tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan
dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakalan remaja.
Beberapa remaja juga
mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau
sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini banyak
orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama
remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering
dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap
keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga
mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika
menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang
berbeda.
Pengawasan terhadap
tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena
lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai
pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa
mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan
segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan
fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga
dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak
remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya
berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor
tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra
untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.
Selengkapnya dapat membaca:
Choate, L.H. (2007).
Counseling Adolescent Girls for Body Image Resilience: Strategi for School
Counselors. Profesional School Counseling. Alexandria: Feb
2007. Vol. 10, Iss. 3; pg. 317, 10 pgs. Diakses melalui http://ezproxy.match.edu/menu pada 9
Mei 2008
Fagan, R. (2006).
Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use
Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For
Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication diakses
melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326
pada 18 April 2008
Gunarsa, S. D. (1989). PsikologiPperkembangan:
Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh
Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mongks, F. J. , Knoers,
A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muss, R. E. , Olds, S.
W. , & Fealdman (2001). Human Developmen. Boston: McGraw-Hill
Companies.
Rey, J. (2002). More
than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems. Sydney: Simon
& Schuster.
Rini, J.F. (2004). Mencemaskan
Penampilan. Diakses dari e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.
Santrok, J. W. (2003). Adolescence
(Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setiono, L.H. (2002).
Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22
April 2006.
Tambunan, R. (2001).
Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22 April 2006.
Mitos-mitos Seputar
“Gak Bakal Hamil”. Diakses dari www.e-psikologi.com pada
tanggal 22 April 2006.
Kebutuhan Psikologis Remaja. Diakses dari http://www.kompasiana.com
pada tanggal 11 Juni 2016
Psikologi-Remaja-Karakteristik-Dan-Permasalahannya. Diakses dari http://netsains.net pada
tanggal
11 Juni 2016
0 komentar:
Post a Comment